Kamis, 08 November 2007

MONYET CERDIK MEMBALAS BUDI



Berawal dari sebuah Kisah nyata yang terjadi di China ...



Di pedalaman sebuah hutan lebat Jin Fo Shan, Chongqing, China tahun 2000 silam, seekor black leaf monkey (selanjutnya disebut monyet hitam) dan penduduk gunung mendeduksi sebuah cerita tentang pembalasan budi yang menakjubkan.

Akhir Juli 2000 silam, ketika penduduk gunung bernama Wang Zicheng mengumpulkan tumbuhan obat di kaki sebuah gunung, tiba tiba, terdengar “buk” benda terhempas, sesuatu yang hitam gelap jatuh dari atas pohon. Wang Zicheng terhenyak, dan saat akan lari, tak disangka gerakan benda hitam yang begitu cekatan itu menjulurkan sebelah tangannya lalu menarik kaki Wang Zicheng.
Wang memalingkan kepalanya, aduh seekor monyet hitam yang berusia kurang lebih 2 tahun justru dengan memelas menatapnya, ia merintih, tangan kirinya mengucurkan darah. Ternyata monyet hitam ini minta tolong pada Wang Zicheng! Tanpa pikir panjang lagi, Wang Zicheng menggendong monyet itu dan segera dibawah ke rumah. Ia membersihkan luka dan mengobati monyet itu. Monyet itu diam tak bergerak, membiarkan Wang Zicheng membalut lukanya. Setelah membalut luka sang monyet, Wang Zicheng lalu mengikat monyet itu dengan tali dan membiarkan monyet itu bermain di luar sambil menyembuhkan lukanya. Seminggu kemudian, luka sang monyet sudah pulih dan Wang Zicheng pun melepaskan ikatannya, agar monyet itu bisa kembali ke gunung. Namun yang tak disangka adalah, monyet itu tidak mau pergi, bahkan monyet itu seakan-akan mengetahui sifat manusia, setiap hari berjalan-jalan di rumah Wang Zicheng dan bahkan membantu pekerjaan rumah.


Suatu pagi, monyet hitam itu pergi ke ladang Wang Zicheng, jika ada babi hutan, kera, landak renik atau binatang lain yang datang mencuri makanan, monyet itu akan bergegas ke sana sambil berteriak, menyeringai dengan marah dan mengusir mereka. Jika lawan tidak mengindahkan, maka monyet itu akan menggoyang-goyangkan dahan pohon dengan sekuat tenaga sambil bersorak-sorak. Umumnya, cara ini cukup efektif. Hanya kera kuning yang tak terkecoh dengan cara demikian. Namun jika demikian, maka monyet hitam ini akan menerjangnya dengan gusar, mengarahkan ekor hitamnya yang panjang ke punggung kera kuning dan memukul dengan sekuat tenaga, sampai kera kuning itu kabur.


Demikianlah, setelah lebih dari sebulan tingal di rumah Wang Zicheng, suatu pagi, monyet hitam itu dam-diam pergi dari rumah Wang Zicheng. Pada suatu pagi pk.3.00 di akhir September 2000 silam, saat Wang Zicheng dan semua penduduk kampung tengah tidur pulas. Tiba-tiba, gemuruh gedoran pintu disertai dengan teriakan yang keras membangunkan Wang Zicheng. Wang terbangun dan begitu membuka pintu, O, ternyata monyet hitam sudah pulang, saat Wang Zicheng hendak memeluknya, tiba-tiba tingkah laku monyet itu tidak seperti biasanya, ia berusaha melepaskan diri dari lengan Wang Zicheng, meronta-ronta sambil berteriak panik. Wang Zicheng melihat tingkah monyet yang ganjil tapi tidak mengerti maksudnya, kemudian monyet itu menunjuk belakang pegunungan itu dengan tangannya. Wang membalikkan badannya dan memandang pegunungan yang dimaksud sang monyet, ya Tuhan! sebuah bencana besar sedang menjungkirbalikkan batu-batu yang besar dari gunung itu. Sang monyet menjulurkan lengan panjangnya dan dengan sekuat tenaga menarik Wang Zicheng keluar rumah.Akhirnya Wang Zicheng mengerti dengan maksud sang monyet. Lalu Ia bergegas kembali ke rumah, membangunkan istrinya, membawa bayinya, lalu bergegas ke luar. Setelah itu, ia berteriak dari rumah ke rumah tetanganya. Baru saja 20 orang lebih dari 5 kepala keluarga seluruh desa itu berhamburan keluar, batu pegunungan yang besar-besar lalu menggelincir ke bawah dan langsung menerjang desa.


Banyak penduduk desa menangis haru, hampir saja jika tidak ada monyet yang menolong, kita semua pasti sudah mati.Para penduduk desa yang lolos dari maut, mencari-cari “sang penolong”. Tampak sang monyet berdiri di atas pohon sambil memandangi orang-orang. Sang monyet hanya bersorak gembira dan tak lama kemudian, sang monyet pun lenyap di tengah hutan lebat. Kisah nyata ini dipublikasikan pada 2001 silam di media massa dan sempat tersebar luas di masyarakat.

Sebenarnya kita sebagai manusia dengan hewan pada kodratnya adalah sama, sama-sama memiliki Hati Nurani. Kita bisa gembira hewan pun juga bisa merasakan gembira, kita merasakan takut, hewan pun juga merasakan takut. Bila kita mengasihi mereka, maka mereka tidak akan menyakiti kita bahkan dapat memberikan manfaat bagi kita. Seperti sapi yang membantu membajak sawah petani. Begitu juga seperti cerita diatas, seekor monyet membalas budi yang telah menyelamatkan nyawanya dari penderitaan sakit yang dideritanya. Jadi Kasihilah mereka seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Cintailah mereka seperti kita mencintai diri kita sendiri. Inilah pribadi Sang Pengasih Sejati.

Tidak ada komentar: