Kamis, 08 November 2007


Bila Engkau tak mampu menjadi pinus di gunung tinggi,
maka jadilah pohon yang tidak bernama di tengah lembah!

Bila Engkau tak mampu menjadi sebatang pohon besar,
maka jadilah sebatang pohon kecil; pohon yang indah di tepi sungai!

Bila Engkau tak mampu menjadi sebatang pohon kecil,
maka jadilah sebatang rumput kecil; rumput yang menambah keindahan jalan yang gersang.

Bila Engkau tak bisa dianyam jadi tikar,
maka jadilah sebatang rumput kipas terbang; rumput yang paling energik di tepi danau!

Bila Engkau tak mampu menjadi nahkoda,
maka jadilah anak buah kapal; Berbeda dalam jabatan dan tugas, namun tak boleh kurang seorang pun juga.

Bila Engkau tak mampu menjadi jalan yang utama,
maka jadilah sebuah jalan yang kecil!

Bila Engkau tak mampu menjadi matahari,
maka jadilah sebuah bintang berkelip-kelip.

Nilai hidup seseorang bukan pada besar kecilnya pekerjaan yang dilakukan.
Begitulah, tak peduli apa yang Engkau kerjakan, Yang penting PILIHLAH YANG TERBAIK!!!



Read More/Selengkapnya......

MONYET CERDIK MEMBALAS BUDI



Berawal dari sebuah Kisah nyata yang terjadi di China ...



Di pedalaman sebuah hutan lebat Jin Fo Shan, Chongqing, China tahun 2000 silam, seekor black leaf monkey (selanjutnya disebut monyet hitam) dan penduduk gunung mendeduksi sebuah cerita tentang pembalasan budi yang menakjubkan.

Akhir Juli 2000 silam, ketika penduduk gunung bernama Wang Zicheng mengumpulkan tumbuhan obat di kaki sebuah gunung, tiba tiba, terdengar “buk” benda terhempas, sesuatu yang hitam gelap jatuh dari atas pohon. Wang Zicheng terhenyak, dan saat akan lari, tak disangka gerakan benda hitam yang begitu cekatan itu menjulurkan sebelah tangannya lalu menarik kaki Wang Zicheng.
Wang memalingkan kepalanya, aduh seekor monyet hitam yang berusia kurang lebih 2 tahun justru dengan memelas menatapnya, ia merintih, tangan kirinya mengucurkan darah. Ternyata monyet hitam ini minta tolong pada Wang Zicheng! Tanpa pikir panjang lagi, Wang Zicheng menggendong monyet itu dan segera dibawah ke rumah. Ia membersihkan luka dan mengobati monyet itu. Monyet itu diam tak bergerak, membiarkan Wang Zicheng membalut lukanya. Setelah membalut luka sang monyet, Wang Zicheng lalu mengikat monyet itu dengan tali dan membiarkan monyet itu bermain di luar sambil menyembuhkan lukanya. Seminggu kemudian, luka sang monyet sudah pulih dan Wang Zicheng pun melepaskan ikatannya, agar monyet itu bisa kembali ke gunung. Namun yang tak disangka adalah, monyet itu tidak mau pergi, bahkan monyet itu seakan-akan mengetahui sifat manusia, setiap hari berjalan-jalan di rumah Wang Zicheng dan bahkan membantu pekerjaan rumah.


Suatu pagi, monyet hitam itu pergi ke ladang Wang Zicheng, jika ada babi hutan, kera, landak renik atau binatang lain yang datang mencuri makanan, monyet itu akan bergegas ke sana sambil berteriak, menyeringai dengan marah dan mengusir mereka. Jika lawan tidak mengindahkan, maka monyet itu akan menggoyang-goyangkan dahan pohon dengan sekuat tenaga sambil bersorak-sorak. Umumnya, cara ini cukup efektif. Hanya kera kuning yang tak terkecoh dengan cara demikian. Namun jika demikian, maka monyet hitam ini akan menerjangnya dengan gusar, mengarahkan ekor hitamnya yang panjang ke punggung kera kuning dan memukul dengan sekuat tenaga, sampai kera kuning itu kabur.


Demikianlah, setelah lebih dari sebulan tingal di rumah Wang Zicheng, suatu pagi, monyet hitam itu dam-diam pergi dari rumah Wang Zicheng. Pada suatu pagi pk.3.00 di akhir September 2000 silam, saat Wang Zicheng dan semua penduduk kampung tengah tidur pulas. Tiba-tiba, gemuruh gedoran pintu disertai dengan teriakan yang keras membangunkan Wang Zicheng. Wang terbangun dan begitu membuka pintu, O, ternyata monyet hitam sudah pulang, saat Wang Zicheng hendak memeluknya, tiba-tiba tingkah laku monyet itu tidak seperti biasanya, ia berusaha melepaskan diri dari lengan Wang Zicheng, meronta-ronta sambil berteriak panik. Wang Zicheng melihat tingkah monyet yang ganjil tapi tidak mengerti maksudnya, kemudian monyet itu menunjuk belakang pegunungan itu dengan tangannya. Wang membalikkan badannya dan memandang pegunungan yang dimaksud sang monyet, ya Tuhan! sebuah bencana besar sedang menjungkirbalikkan batu-batu yang besar dari gunung itu. Sang monyet menjulurkan lengan panjangnya dan dengan sekuat tenaga menarik Wang Zicheng keluar rumah.Akhirnya Wang Zicheng mengerti dengan maksud sang monyet. Lalu Ia bergegas kembali ke rumah, membangunkan istrinya, membawa bayinya, lalu bergegas ke luar. Setelah itu, ia berteriak dari rumah ke rumah tetanganya. Baru saja 20 orang lebih dari 5 kepala keluarga seluruh desa itu berhamburan keluar, batu pegunungan yang besar-besar lalu menggelincir ke bawah dan langsung menerjang desa.


Banyak penduduk desa menangis haru, hampir saja jika tidak ada monyet yang menolong, kita semua pasti sudah mati.Para penduduk desa yang lolos dari maut, mencari-cari “sang penolong”. Tampak sang monyet berdiri di atas pohon sambil memandangi orang-orang. Sang monyet hanya bersorak gembira dan tak lama kemudian, sang monyet pun lenyap di tengah hutan lebat. Kisah nyata ini dipublikasikan pada 2001 silam di media massa dan sempat tersebar luas di masyarakat.

Sebenarnya kita sebagai manusia dengan hewan pada kodratnya adalah sama, sama-sama memiliki Hati Nurani. Kita bisa gembira hewan pun juga bisa merasakan gembira, kita merasakan takut, hewan pun juga merasakan takut. Bila kita mengasihi mereka, maka mereka tidak akan menyakiti kita bahkan dapat memberikan manfaat bagi kita. Seperti sapi yang membantu membajak sawah petani. Begitu juga seperti cerita diatas, seekor monyet membalas budi yang telah menyelamatkan nyawanya dari penderitaan sakit yang dideritanya. Jadi Kasihilah mereka seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Cintailah mereka seperti kita mencintai diri kita sendiri. Inilah pribadi Sang Pengasih Sejati.

Read More/Selengkapnya......

Ratu Aji Bidara Putih

Kecamatan Muara Kaman terletak di tepi aliran sungai Mahakam. Jaraknya cukup jauh dari kota Samarinda. Keadaan perkampungannya terdiri dari rumah-rumah papan yang sederhana. Di wilayah ini beredar sebuah cerita legenda yang amat dikenal oleh penduduk. Kisah tentang seorang ratu yang cantik jelita dengan pasukan lipan raksasanya.

Dahulu kala negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu namanya Ratu Aji Bidara Putih. Ratu Aji Bidara Puthi adalah seorang gadis yang cantik jelita. Anggun pribadi dan penampilannya serta amat bijaksana
hingga banyak raja, pangeran dan bangsawan yang ingin mempersunting sebagai istri. Pinangan demi pinangan mengalir bagai air sungai Mahakam yang tak pernah berhenti mengalir.

Namun sang Ratu selalu menolak. "Belum saatnya aku memikirkan pernikahan. Diriku dan perhatianku masih dibutuhkan oleh rakyat yang kucintai. Aku masih ingin terus memajukan negeri ini," ujarnya.

Kemudian pada suatu hari muncullah sebuah jung atau kapal besar dari negeri Cina. Kapal itu melayari sungai Mahakam yang luas bagai lautan. Menuju ke arah hulu. Hingga akhirnya berlabuh tidak jauh dari pelabuhan negeri Muara Kaman. Penduduk setempat mengira penumpang kapal itu datang untuk berdagang. Sesungguhnya kapal itu adalah kapal milik seorang pangeran yang terkenal kekayaannya di negeri Cina yang datang ke Muara Kaman demi meminang Ratu Aji Bidara Putih!

Kemudian turunlah para utusan sang Pangeran. Mereka menghadap Ratu AJi Bidara Putih di istana negeri dgn membawa barang-barang antik dari emas, dan keramik Cina yang terkenal sebagai hadiah bagi Ratu Aji Bidara Putih dari junjungan mereka utk meminang Ratu Aji Bidara Putih. Kali ini sang Ratu tidak langsung menolak. Ia mengatakan bahwa ia masih akan memikirkan pinangan Sang Pangeran. Lalu dipersilakannya para utusan kembali ke kapal.

Setelah para utusan meninggalkan istana, Ratu memanggil seorang punggawa kepercayaannya. "Paman," ujarnya, "para utusan tadi terasa amat menyanjung-nyanjung junjungannya. Bahwa pangeran itu tampan, kaya dan perkasa. Aku jadi ingin tahu, apakaah itu semua benar atau cuma bual belaka. Untuk itu aku membutuhkan bantuannmu." "Apa yang mesti saya lakukan, Tuanku?" tanya si punggawa. "Nanti malam usakanlah kau menyelinap secara diam-diam ke atas kapal asing itu. Selidikilah keadaan pangeran itu. Kemudian laporkan hasilnya kepadaku." "Baik, Tuanku. Perintah Anda akan saya laksanakan sebaik-baiknya."

Ketika malam turun ke bumi, si punggawa pun berangkat melaksanakan perintah junjungannya. Dengan keahliannya ia menyeberangi sungai tanpa suara. Lalu ia melompat naik ke atas geladak kapal yang sunyi. Dengan gerak-gerik waspada ia menghindari para penjaga. Dengan hati-hati ia mencari bilik sang pangeran. Sampai akhirnya ia berhasil menemukannya. Pintu bilik yang sangat mewah itu tertutup rapat. Tetapi keadaan di dalamnya masih benderang, tanda sang pangeran belum tidur. Si punggawa mencari celah untuk mengintip kedalam, namun tidak menemukan. Maka akhirnya ia hanya dapat menempelkan telinga ke dinding bilik, mendengarkan suara-suara dari dalam.

Pada saat itu sebenarnya sang Pangeran Cina sedang makan dengan sumpit, sambil sesekali menyeruput arak dari cawan. Suara decap dan menyeruput mulutnya mengejutkan sipunggawa. "Astaga.. suara ketika makam mengingatkanku kepada... kepada apa, ya?" pikir si Punggawa sambil mengingat-ingat. Kemudian si Punggawa benar-benar ingat. Pada waktu ia berburu dan melihat babi hutan sedang minum di anak sungai. Suaranya juga berdecap-decap dan menyeruput seperti itu. Ia juga teringat pada suara dari mulut anjing dan kucing ketika melahap makanan. "Ah ya ... benar-benar persis ... persis seperti suara yang kudengar! Jadi jangan-jangan.."

Tiba-tiba mata si punggawa terbelalak. Seperti orang teringat sesuatu yang mengejutkan. Hampir serentak dengan itu ia pun menyelinap meninggalkan tempat bersembunyi. Ia meninggalkan kapal dan cepat-cepat kembali untuk melaporkan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

"Kau jangan mengada-ada, Paman," tegur Ratu setelah mendengar laporan punggawa itu. "Saya tidak mengada-ada, Tuanku! Suaranya ketika makan tadi meyakinkan saya, " kata si punggawa. "Pangeran itu pasti bukan manusia seperti kita. Pasti dia siluman! Entah siluman babi hutan, anjing atau kucing. Pokoknya siluman! Hanya pada waktu siang ia berubah ujud menjadi manusia! Percayalah Tuanku. Saya tidak mengada-ada.." Penjelasan si punggawa yang meyakinkan membuat Ratu Aji Bidara Putih akhirnya percaya. Tidak lucu, pikirnya, kalau ia sampai menikah dengan siluman. Padahal banyak raja dan pangeran tampan yang telah meminangnya.

Maka pada keesokan harinya dengan tegas ia menyatakan penolakannya terhadap pinangan pangeran itu. Sang Pangeran amat murka mendengar penolakan Ratu Aji Bidara Putih. Berani benar putri itu menolaknya. Dalam kekalapannya ia segera memerintahkan pada prajuritnya untuk menyerang negeri Muara Kaman. Para prajurit itu menyerbu negeri Muara Kaman. Kentara bahwa mereka lebih berpengalaman dalam seni bertempur. Para prajurit Muara Kaman terdesak, korban yang jatuh akibat pertempuran itu semakin bertambah banyak. Sementara para prajurit suruhan sang pangeran makin mendekat ke arah istana.

Ratu Aji Bidara Putih merasa sedih dan panik. Namun kemudian ia berusaha menenangkan pikirannya. Ia mengheningkan cipta. setelah itu ia mengunyah sirih. Kemudian kunyahan sepah sirih digenggamnya erat-erat. Lalu berkata, "Jika benar aku keturunan raja-raja yang sakti, terjadilah sesuatu yang dapat mengusir musuh yang sedang mengancam negeriku!" Serentak dengan itu dilemparkannya sepah sirih itu ke arena pertempuran... dan , astaga..lihatlah! Tiba=tiba sepah sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak jumlahnya! Lipan-lipan yang panjangnya lebih dari satu meter itu segera menyerang para prajurit Pangeran Cina. Para prajurit itu menjadi ketakutan. Mereka lari tunggang-langgang dan kembali ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Tiga ekor lipan raksasa mewakili kelompoknya. Mereka berenang ke kapal, lalu membalikkannya hingga kapal itu tenggelam beserta seluruh penumpangnya dan isinya... Tempat bekas tenggelamnya kapal itu hingga kini oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan. Konon, menurut empunya cerita, dulu di tempat ini sesekali ditemukan barang-barang antik dari negeri Cina.

Read More/Selengkapnya......

Tiga Karung Beras


Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anaklaki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anaklaki-lakinya untuk saling menopang.Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampungtersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebutditerangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.


Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parahsehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata: "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamuharus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu,pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolahnanti berasnya mama yang akan bawa kesana".
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah.

Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : " Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran". Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kamisemuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu danberkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebutdan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat darimengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidakbisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai,menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras danmembengkak.

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untukmembantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergikekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelankembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yangterkumpul diserahkan kesekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata:"Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru- buru menolak dan berkata:"Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya,maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun.

Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anakini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyakmurid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naikkeatas mimbar.Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anak pun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya.Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: "OhMamaku..................Inti dari Cerita ini adalah:Pepatah mengatakan: "Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dansepanjang kenangan" Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya. Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat: " Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu... selamanya".

Read More/Selengkapnya......

Semangkuk bakmi panas

Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana
segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu
jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang.


Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia
mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi,
tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu
berkata "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?" "
Ya, tetapi, aku tdk membawa uang" jawab Ana dengan malu-malu

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab si pemilik kedai.
"Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana
segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. " Ada
apa nona?"
Tanya si pemilik kedai.
"tidak apa-apa" aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air
matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !,
tetapi,? ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari
rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah"
"Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri" katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang
dan berkata "Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal
ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu.
Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat
ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah
bertengkar dengannya
"

Ana, terhenyak mendengar hal tsb. "Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb?
Utk semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih,
tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan
tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk
segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan
kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya. Begitu sampai di ambang pintu
rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu
dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Ana kau
sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan
makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau
tdk memakannya sekarang"
.

Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan
ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain
disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita.
Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang
tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka
seumur hidup Kita.

RENUNGAN:

BAGAIMANAPUN KITA TIDAK BOLEH MELUPAKAN JASA ORANG TUA KITA.
SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN SUATU PROSES
ALAMI YANG BIASA SAJA; TETAPI KASIH DAN KEPEDULIAN ORANG TUA KITA ADALAH
HADIAH PALING BERHARGA YANG DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA LAHIR.
PIKIRKANLAH HAL ITU??
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?

HAI ANAK-ANAK, TAATI DAN HORMATILAH ORANG TUAMU DALAM KESEHARIANMU, KARENA ITULAH HAL YANG INDAH DIMATA TUHAN.

Read More/Selengkapnya......